Jumat, 21 Oktober 2016

Masih adakah keadilan didunia kerja (?)

"aku terpaksa menahan lapar dengan ketiga anakku kemarin,karena aku belum punya gaji" kata seorang karyawati yang bekerja di salah satu studio dibilangan Jakarta.
"aku bertengkar dengan istriku dirumah, karena sudah seharusnya sebagai kepala keluarga aku menafkahinya, aku hanya menunggu apa yang menjadi hakku dari si boss" kata beberapa karyawan yang bekerja disana.

Masih adakah kolonialisme di era reformasi ini?
Adakah keadilan dalam situasi ini.,  dari pengalaman beberapa teman ini saya tertarik menulis sebuah tulisan yang mungkin bisa membantu mereka dalam memperjuangkan haknya.  Entah dimana hati nurani si boss yang seorang pembisnis itu.  Disana kami bekerja 8 kali selama enam hari, gaji kami belum semuanya umr.

Mengapa bisa terjadi demikian?  Apakah peminatnya kurang bayak?

Hal ini bisa terjadi dikarenakan gaya hidup boss yang  mewah,  dimana karyawan harus bisa memenuhi keinginannya untuk bisa bergaya, liburan,  dan tentunya si boss ingin kehidupan yang "wah" tanpa memikirkan kenyamanan dan kebutuhan karyawannya.  Terkadang saya heran apakah ini yang dikatakan Indonesia sudah merdeka 100 persen?  Toh nyatanya masih ada orang Indonesia yang berprilaku bak penjajah. Menguras tenaga orang yang membutuhkan pekerjaan,tanpa memikirkan apa yang dibutuhkannya.  Apakah ini yang dimaksud adil? . Sesuatu yang bersifat logis menjadi tidak logis dihadapan boss. Memang ia adalah orang yang berwenang mengatur dan menjalankan aturan,  tapi apakah itu yang dinamakan seorang boss?  Seenaknya memperlakukan karyawannya, tanpa bisa memberikan motivasi, tanpa mengerti apa yang dibutuhkan karyawannya.

Jika berbicara usahanya,  usaha yang dijalankan ini sangat menjanjikan kok.  Bisa merih omset puluhan juta perbulan apa bila perputarannya baik. Tapi sayang sikap boss yang setiap mendapat uang dialokasikan untuk kepentingannya pribadi membuat usahanya ini sebenarnya sudah bangkrut. Terbukti dengan susahnya membayar gaji karyawan.  Ia begitu merampas hak karyawan yang terbilang orang-orang kecil. 

Hanya tawa canda yang bisa membuat para karyawan mampu tersenyum dengan ketidakadilan dan keadaan tersebut.

Apakah ini bisa dikatakan sebuah perbudakan di era milenium?
Tuhan sering menyapanya dengan berbagai masalah,tapi dimana letak hati nuraninya apakah sudah terisi dengan lucifer?

Ya kami hanya karyawan perlakukan kami selayaknya karyawan,  berikan hak kami diwaktu yang tepat.  Jadilah boss yang punya leadership bukan boss yang bisa menyuruh ini itu dengan karyawan tanpa memahami kebutuhan karyawan. Masih adakah boss yang bersifat demikian?
Beginilah tulisan yang bisa mewakilkan suara dan ishak tangis karyawan yang menutut hak dan keadilan. Sudah sewajarnya boss mempertahankan karyawan terbaiknya,  tapi sebagai seorang  boss pun harus bisa memahami dan membantu apa yang dibutuhkan karyawannya.  Manusia tapi tidak bisa memperlakukan orang lain dengan manusiawi,ya mungkin penyebab utamannya adalah keegoisan.